Refleksi Cinta yang Salah
Sungguh lama kumenanti kehadiranmu. Sesosok
pria yang tidak aku ketahui sebelumnya, yang masih menjadi misteri terbesar
dalam hidupku. Pertemuan itu pun masih penuh dengan teka-teki, entah apakah akan
bertemu di dunia atau akhirat. Sejatinya, tak perlu ku rasakan kepiluan yang
teramat dalam karena Sang Khalik telah membuat skenario yang apik, yang tak kan
pernah mampu ditebak oleh makhluk-Nya. Kini, aku hanya perlu berusaha untuk
terus memantaskan diri terhadap apa yang telah menjadi takdir dan kuasaNya. Terus
belajar dan berusaha memperbaiki apa yang menjadi kekurangan agar nantinya “ia”
tidak kecewa mendapatkanku.
. Pernah aku berlari untuk mengejar seseorang
yang menurutku baik dan berharap dengannya aku mendapatkan cinta tulus. Namun,
Allah masih menyayangiku, tak Ia biarkan aku berlari menuju cinta yang salah. tak
ada yang kudapatkan selain kecewa dan derita penuh nestapa. Dari situlah aku
berpikir bahwa Sang Khalik tentu selalu punya alasan tersendiri untuk
menjawabnya, sementara manusia, tiada daya dan kuasa.
Allah benar-benar Maha Adil,
terkadang yang jauh memang sengaja untuk dijauhkan. Agar aku tahu betapa berharganya
seorang wanita sebagai makhluk ciptaanNya yang seharusnya tidak mudah didekati pun
dirayu. Mungkin, menjauhkan adalah cara yang tepat menurut-Nya agar aku tetap
terjaga dan tidak mudah terjebak dalam cinta yang salah. Aku yakin bahwa Allah
selalu punya cara untuk melindungi makhluk-Nya dari perbuatan-perbuatan yang
tidak Dia kehendaki. Aku hanya berharap semoga Allah senantiasa melindungiku
dan mempertemukanku dengannya dalam naungan suci-Mu.
Namun, bukan jaminan bahwa yang Allah
dekatkan padaku adalah pertanda bahwa “ia” yang akan berikrar suci dihadapan
ayahku kelak. Justru Allah tengah menguji keimananku akan keberadaannya. Meskipun
hati ini sungguh lelah dibuatnya terbayang-bayang oleh buaian nafsu dan cinta
semu belaka. Terkadang aku ragu, ragu dengan sikapku. Bimbang, bimbang dengan
pikiranku. Hati ini rasanya ingin menolak kehadirannya, namun lisan ini tak
mampu menahannya. Mengucapkan kata-kata yang tak sepantasnya diucapkan sebelum
waktunya. Mengingatnya lebih sering dibanding penghambaanku pada-Mu. Sungguh berat
rasa ini. Pelampiasan cinta yang salah, sementara setan dengan hebat dan liciknya
selalu berhasil menghasutku. Namun, hati nurani selalu tak bisa berkata bohong.
Ini salah dan aku harus meninggalkannya !! aku terjebak dalam kebimbangan hanya
karena persepsi manusia. Mereka yang “sok pintar” namun hati mereka membatu dan
tertutup oleh hawa nafsu. Mengaburkan yang benar menjadi salah, dan membenarkan
apa yang seharusnya salah. Bukankah manusia selalu bersifat ragu-ragu ?
Sekelibat pertanyaan bermunculan
dalam benakku, apakah mungkin Sang Khalik menerima taubatku ? meskipun harus ku
bersimpuh darah dan menangis sejadi-jadinya lalu dengan ringannya langkahku berbalik
kembali ke arah yang tak semestinya, langkah dosa. Kemudian aku meragu kembali,
merenung, dan terlalu lama untuk bertaubat hingga tak ada sepersekian detikku
untuk menghirup nafasku kembali.
Oh ya Rabb, aku ini penuh dosa dan khilaf. Manusia munafik dalam pandangan-Mu yang seolah-olah menabukan dosa-dosaku. Padahal betapa payahnya diriku dihadapanmu. Betapa hancur dan tak berdayaku jikalau Engkau mencabut nyawaku dalam keadaan tak ada satu manisnya iman lagi dalam hidupku. Aku munafik, mencintai makhlukmu tidak pada porsi dan batas sesuai ketentuan-Mu, melebihi penghambaanku padaMu. Lindungi aku. Jauhkan dia jikalau Engkau tak meridhoi cinta ini. Biar saat ini aku berjalan sendiri tanpa cinta, terlebih pada rasa yang kau haramkan. Murnikan cinta ini dari nafsu-nafsu semu ya Rabb.. Namun, jika kau ijinkan aku bertemu dengannya dalam dunia yang fana ini. Aku ingin kau dekatkan dengan yang tidak hanya mencintaiku tapi juga membimbingku ke pintu Jannah-Mu. Agar aku tak merasa bimbang lagi dengan cinta yang tak semestinya kukejar.
Nin, ojo nggalau wae. Mendhing ta kowe masak sayur pare
BalasHapusdi posting sebelah kaka :)
Hapus