Pewarna Alami Gambir





Pernahkah kalian mengamati nenek kalian menyirih atau menginang ? Apakah warna yang dihasilkan dari proses menginang tersebut ? Berwarna merah kecoklatan bukan ? Ternyata warna teersebut berasal dari gambir. Selain bermanfaat untuk menginang, ternyata gambir juga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami tekstil. Lalu bagaimanakah cara membuat pewarna dari bahan tersebut ? Sebelum mengetahui lebih lanjut, terlebih dahulu akan dijelaskan definsi singkat tentang pewarna alami berikut.
           Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam yang pada umumnya diperoleh dari zat warna (pigmen) pada tumbuh-tumbuhan. Pigmen tersebut dapat diambil dari bunga, daun, biji, akar, batang, kulit buah, dan kulit akar
. Salah satu pewarna alami yang dapat digunakan yaitu berasal dari tumbuhan gambir (Uncaria Gambir Roxb). Gambir merupakan getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan Gambir . Umumnya masyarakat Indonesia mengenal gambir sebagai bahan untuk menyirih. Namun tak hanya itu, gambir pun juga dapat digunakan sebagai alternatif pewarna tekstil.


 

Batik gambo yang berasal dari pewarna gambir
Gambir merupakan ekstrak dari daun dan ranting tanaman Gambir (Uncaria Gambir Roxb) yang diendapkankan, dicetak dan dikeringkan. Bentuk cetakan biasanya silinder menyerupai gula merah atau berupa batangan dengan warna berupa coklat kehitaman. Gambir mengandung gugus aktif yang dapat memberikan warna terhadap kain serat yaitu quercetine. Gugus tersebut nantinya akan melalui proses pengikatan atau fiksasi dengan serat-serat kain sehingga kain akan terlihat berwarna merah kecoklatan. Keunggulan pewarna gambir yaitu tidak mudah luntur, mudah ditemukan, harganya terjangkau (ekonomis), dan tidak mudah pudar akibat terpapar sinar matahari.
Gambir dan Tanaman Gambir (kiri ke kanan)
Sebelum mengetahui lebih lanjut cara membuat pewarna dari bahan gambir, terlebih dahulu akan dijelaskan secara singkat tentang proses pewarnaan kain. Proses pewarnaan kain secara sederhana meliputi proses mordan, pewarnaan, fiksasi dan pengeringan.
1. Proses mordan
Proses ini bertujuan untuk mengikat zat warna dalam kandungan dengan membentuk jembatan kimia antara pewarna alam dengan serat. Pada proses tersebut akan terjadi ikatan kimia seperti ikatan hidrogen antara zat warna dengan serat.
2. Proses Pewarnaan
Selanjutnya adalah proses pewarnaan yaitu dengan mencelupkan kain pada zat warna.
Proses ini dilakukan selama beberapa hari tergantung pada daya serap zat wana alami dengan serat.
3. Proses Fiksasi
Fiksasi merupakan proses pengikatan warna pada kain agar zat warna memiliki ketahanan luntur yang baik. Proses fiksasi dapat dilakukan dengan mencelupkan bahan yang sudah direndam zat warna ke dalam tawas, tunjung, kapur tohor maupun zat alam seperti belimbing wuluh.

Alat dan Bahan
Alat :
1. Cobek
2. Wadah (panci dan baskom)
3. Saringan
4. Sendok
5. Timbangan
Bahan :
1. Kapur (2 sendok teh)
2. Gambir (3 batang)
3. Air
4. Tawas
5. Belimbing wuluh

1. Pembuatan zat warna
a. Ekstrak kapur sebanyak 1 sendok teh. 
b. Tambahkan gambir 1,5 batang dan ekstrak kembali hingga diperoleh warna merah dan bahan-bahan menjadi halus.
c. Jika sudah halus dan berwarna merah, ambil campuran ini dan tampung di dalam wadah lain yang tersedia.


  2. Proses pewarnaan kain
a. Rendam sebanyak 3 buah kain mori dalam tawas selama 1 jam kemudian keringkan kain.
b. Rendam kain ke dalam pewarna. Proses perendaman dilakukan selama 48 jam(proses ini dapat dilanjutkan pada pertemuan berikutnya).
c. Keringkan kain dengan cara di angin─anginkan

3. Proses fiksasi :
a. Rendam 1 buah kain dalam mordan tawas (tawas=25 gram), 1 buah kain dalam mordan
belimbing wuluh selama 1 jam dan 1 kain lainnya tidak diberi perlakuan fiksasi.
b. Keringkan kain dan amati warna kain
4. Proses pencucian
a. Cuci masing-masing kain dengan air sabun dan air
b. Amati perubahan warna yang terjadi




Komentar

Postingan Populer