Setelah beberapa waktu yang
lalu aku mereview buku biografi Abu Bakar, kali ini aku akan mereview buku
tentang khalifah yang kedua, yaitu Umar ibn Al-Khaththab atau yang sering kita
kenal sebagai Umar Bin Khattab. Buku ini aku baca dari aplikasi android Ipusnas
beberapa waktu yang lalu. Pengarangnya juga masih sama dengan buku yang
sebelumnya aku review (re: Abu Bakar Al Shiddiq) yaitu Khalid Muhammad Khalid.
Jika kita lihat, sampul buku
tidak jauh berbeda dengan seri yang pertama (re: Abu Bakar Al Shiddiq) hanya
berbeda warna saja. Jika sebelumnya berwarna hijau, sedangkan untuk buku ini
berwarna biru tua. Buku ini juga tidak terlalu tebal yaitu berisi 178 halaman
dan terbagi menjadi 6 bab. Setiap babnya ditulis epik dan lugas sehingga mudah
dipahami. Pada awal bab kita akan diceritakan bagaimana kehidupan sang khalifah
yang dijuluki sebagai Amirul Mukminin (re : untuk pertama kali disebut sebagai
Amirul Mukminin) pada masa jahiliah. Beliau adalah sosok pemuda yang sangat berpegang teguh pada keyakinan nenek moyang. Selain itu, beliau juga amat disegani oleh Kaum Quraisy. Pada buku ini, Umar digambarkan sebagai sosok pemuda kuat, keras, dan tegas sehingga tidak ada
orang yang berani melawannya. Karena kekuatan fisik inilah beliau gemar
bergulat dan seringkali menang dalam setiap pertandingan di pasar ukazh.
Sebelum masuk Islam, beliau sangat membenci ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Namun, Allah memberikan hidayah kepadanya melalui keislaman adiknya, Fatimah. Saat itu Fatimah beserta suaminya sedang membaca Al-Quran di kediamannya dengan suara yang sangat lirih. Setelah Umar bin Khattab mengetahui bahwa adiknya masuk Islam, beliau lantas murka lalu menampar pipi adiknya hingga berdarah. Umar merasa menyesal dan meminta maaf kepada adiknya. Hidayah pun turun saat itu juga. Umar akhirnya memeluk agama Islam setelah peristiwa itu.
Pada buku ini kita akan mendapatkan banyak hal menarik tentang sosok Umar bin Khattab semasa hidupnya. Di balik sikap tegas dan kerasnya, beliau adalah seseorang yang sangat sederhana. Bagaimana tidak? Pada saat beliau menjadi penceramah setelah diangkatnya sebagai seorang khalifah, pakaian yang dikenakannya memiliki 21 tambalan. Bayangkan saja sosok pemimpin mana yang tidak merasa malu dan gengsi ketika baju yang dikenakan memiliki banyak tambalan? Tentu barangkali kita tidak akan menemukan pemimpin sesederhana Umar saat ini.
Setelah masuk agama Islam, sosok Umar disebut sebagai kemenangan dan hijrahnya adalah pertolongan. Umar bagaikan kekuatan dalam penyebaran dakwah Islam secara terang-terangan sehingga dikenal sebagai "pedang yang siap terhunus" jika terdapat orang yang berani mendzalimi Rasulullah. Pembelaan keras terhadap nenek moyang yang terdahulu, ia terapkan pula pada saat telah masuk agama Islam. Saking keras dan kuatnya, tidak ada satupun orang yang berani menentangnya apalagi menyiksanya. Mereka lebih takut terhadap perlawanan Umar sehingga memilih diam. Padahal Umar sangat ingin merasakan penyiksaan seperti kaum muslimin lainnya, namun keluarga dan kerabatnya justru melindungi dan tidak ada yang berani menghadapinya.
Selama menjadi seorang khalifah beliau dinilai sangat keras dalam haq dan batil (digelari Al-Furqon) terutama terhadap keluarga. Beliau tidak pernah memberikan perlakuan istimewa terhadap keluarganya. Bahkan beliau mendidik keluarganya agar dapat menjadi teladan serta senantiasa sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam. Meskipun tak jarang mengalami kesengsaraan karena beliau lebih memilih memberikan hartanya kepada umat Muslim yang lebih berhak. Menurutnya, umat muslim akan meniru kebiasaan-kebiasaan keluarganya sehingga sangat penting jika ia mendidik keluarga agar dapat dijadikan sebagai teladan. Pada awal kekhalifahan, Umar telah menegaskan kepada keluarganya agar tak segan hidup sederhana, Jika keluarga tidak mau, maka beliau menyuruhnya untuk mundur. Umar malu jika keluarganya merasakan kehidupan dunia, meskipun hanya sepotong daging saja. Beliau pun tak segan untuk memarahi anaknya, Abdullah, yang pernah akan menyantap daging dan memelihara unta. Padahal unta tersebut mulanya berbadan kurus. kemudian ia rawat sehingga menjadi gemuk. Kemudian digunakan untuk perdangan yang halal. Setelah Umar mengetahui hal tersebut, beliau lantas marah dan menyuruh mengembalikan semua keuntungan yang didapatkan ke baitul mal.
Ternyata sahabat Rasulullah ini adalah sosok pemuda yang cerdas. Bahkan Rasulullah sendiri pernah bersabda, "Jika ada seorang muhaddas (orang yang mendapat ilham) setelah aku, pasti itu adalah Umar" (HR Ahmad). Selain itu, Umar adalah orang yang qanaah dan tidak pernah ingin dispesialkan. Beliau selalu duduk di belakang ketika majelis meskipun saat itu telah menjadi seorang khalifah. Beliau tidur di mana saja ketika mengantuk, bahkan pernah tertidur di pasir, di bawah pohon kurma. Hal menarik lainnya yaitu kebiasaan Umar setelah menjadi khalifah. Hampir setiap malam Umar sering berkeliling ke rumah-rumah warga hanya untuk memastikan bahwa rakyatnya hidup dalam ketentraman. Pernah suatu ketika beliau mendengar suara rintihan seorang wanita yang akan melahirkan. Wanita tersebut dan suaminya adalah warga baru dan tidak ada yang menolong. Umar kemudian pulang dan memberitahu istrinya. Mereka kemudian bergegas untuk membantu wanita yang akan melahirkan. Umar bahkan membawa perbekalan dan memasak makanan di luar rumah untuk mereka. Sementara, Atikah, istrinya membantu persalinan wanita tersebut dan menyuapinya hingga kenyang. Setelah itu, mereka pulang dan Umar berpesan agar suami wanita itu pergi ke Madinah untuk mengambil sebagian harta dari baitul mal dan hak untuk bayi yang lahir.
Begitulah sifat Umar yang sangat rendah hati, qanaah dan zuhud yang dapat disimak melalui buku ini. Gaya bahasa buku ini sangat lugas dan terkesan seperti novel sehingga pembaca akan dibawa seakan-akan melihat langsung sosok Umar secara jelas. Buku ini sangat recomended untuk dibaca baik bagi anak-anak maupun dewasa. So, tertarik untuk membaca ? :)
Pada buku ini kita akan mendapatkan banyak hal menarik tentang sosok Umar bin Khattab semasa hidupnya. Di balik sikap tegas dan kerasnya, beliau adalah seseorang yang sangat sederhana. Bagaimana tidak? Pada saat beliau menjadi penceramah setelah diangkatnya sebagai seorang khalifah, pakaian yang dikenakannya memiliki 21 tambalan. Bayangkan saja sosok pemimpin mana yang tidak merasa malu dan gengsi ketika baju yang dikenakan memiliki banyak tambalan? Tentu barangkali kita tidak akan menemukan pemimpin sesederhana Umar saat ini.
Setelah masuk agama Islam, sosok Umar disebut sebagai kemenangan dan hijrahnya adalah pertolongan. Umar bagaikan kekuatan dalam penyebaran dakwah Islam secara terang-terangan sehingga dikenal sebagai "pedang yang siap terhunus" jika terdapat orang yang berani mendzalimi Rasulullah. Pembelaan keras terhadap nenek moyang yang terdahulu, ia terapkan pula pada saat telah masuk agama Islam. Saking keras dan kuatnya, tidak ada satupun orang yang berani menentangnya apalagi menyiksanya. Mereka lebih takut terhadap perlawanan Umar sehingga memilih diam. Padahal Umar sangat ingin merasakan penyiksaan seperti kaum muslimin lainnya, namun keluarga dan kerabatnya justru melindungi dan tidak ada yang berani menghadapinya.
Selama menjadi seorang khalifah beliau dinilai sangat keras dalam haq dan batil (digelari Al-Furqon) terutama terhadap keluarga. Beliau tidak pernah memberikan perlakuan istimewa terhadap keluarganya. Bahkan beliau mendidik keluarganya agar dapat menjadi teladan serta senantiasa sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam. Meskipun tak jarang mengalami kesengsaraan karena beliau lebih memilih memberikan hartanya kepada umat Muslim yang lebih berhak. Menurutnya, umat muslim akan meniru kebiasaan-kebiasaan keluarganya sehingga sangat penting jika ia mendidik keluarga agar dapat dijadikan sebagai teladan. Pada awal kekhalifahan, Umar telah menegaskan kepada keluarganya agar tak segan hidup sederhana, Jika keluarga tidak mau, maka beliau menyuruhnya untuk mundur. Umar malu jika keluarganya merasakan kehidupan dunia, meskipun hanya sepotong daging saja. Beliau pun tak segan untuk memarahi anaknya, Abdullah, yang pernah akan menyantap daging dan memelihara unta. Padahal unta tersebut mulanya berbadan kurus. kemudian ia rawat sehingga menjadi gemuk. Kemudian digunakan untuk perdangan yang halal. Setelah Umar mengetahui hal tersebut, beliau lantas marah dan menyuruh mengembalikan semua keuntungan yang didapatkan ke baitul mal.
Ternyata sahabat Rasulullah ini adalah sosok pemuda yang cerdas. Bahkan Rasulullah sendiri pernah bersabda, "Jika ada seorang muhaddas (orang yang mendapat ilham) setelah aku, pasti itu adalah Umar" (HR Ahmad). Selain itu, Umar adalah orang yang qanaah dan tidak pernah ingin dispesialkan. Beliau selalu duduk di belakang ketika majelis meskipun saat itu telah menjadi seorang khalifah. Beliau tidur di mana saja ketika mengantuk, bahkan pernah tertidur di pasir, di bawah pohon kurma. Hal menarik lainnya yaitu kebiasaan Umar setelah menjadi khalifah. Hampir setiap malam Umar sering berkeliling ke rumah-rumah warga hanya untuk memastikan bahwa rakyatnya hidup dalam ketentraman. Pernah suatu ketika beliau mendengar suara rintihan seorang wanita yang akan melahirkan. Wanita tersebut dan suaminya adalah warga baru dan tidak ada yang menolong. Umar kemudian pulang dan memberitahu istrinya. Mereka kemudian bergegas untuk membantu wanita yang akan melahirkan. Umar bahkan membawa perbekalan dan memasak makanan di luar rumah untuk mereka. Sementara, Atikah, istrinya membantu persalinan wanita tersebut dan menyuapinya hingga kenyang. Setelah itu, mereka pulang dan Umar berpesan agar suami wanita itu pergi ke Madinah untuk mengambil sebagian harta dari baitul mal dan hak untuk bayi yang lahir.
Begitulah sifat Umar yang sangat rendah hati, qanaah dan zuhud yang dapat disimak melalui buku ini. Gaya bahasa buku ini sangat lugas dan terkesan seperti novel sehingga pembaca akan dibawa seakan-akan melihat langsung sosok Umar secara jelas. Buku ini sangat recomended untuk dibaca baik bagi anak-anak maupun dewasa. So, tertarik untuk membaca ? :)
Komentar
Posting Komentar